LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN LOGAM
“UJI KEKERASAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makna
nilai kekerasan suatu material berbea untuk kelompok bidang ilmu yang berbeda.
Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahaanan material terhadap
penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari
tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap
mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogy nilai itu adalah ketahanan
terhadap goresan dan untuk para mekanik work-shop lebih bermakna kepada
ketahanan material terhadap pemotongan dari alt potong. Begitu banyak konsep
kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walupun demikian konsep –
konsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir
plastis dari material yang di uji. (Anonymous,2012)
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari uji kekerasan yaitu :
a.
Mengetahui
kekerasan benda uji dengan menggunakan tiga macam alat yaitu uji Brinnell, uji
Vickers dan uji Rockwell.
b.
Membandingkan
harga kekerasan dari benda uji yaitu sebelum dan sesudah heat treatment dengan
menggunakan ketiga alat di atas.
1.3. Manfaat Praktikum
a.
Praktikan dapat memahami dan
mengetahui kekerasan benda uji dengan menggunakan tiga macam alat uji uji Brinnell, uji Vickers dan uji
Rockwell.
b.
Praktikan dapat membandingkan
harga kekerasan dari benda uji yaitu sebeelum dan sesudah heat treatment dengan
menggunakan ketiga alat di atas.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Dasar Teori
Kekerasan adalah kemampuan
suatu specimen untuk menahan penetrasi dari luar. Kekerasan merupakan sebuah
istilah yang sulit didefinisikan secara tepat karena setiap bidang ilmu dapat
memberikan definisinya tersendiri yang sesuai dengan persepsi dan keperluannya.
Ada beberapa cara pengujian
kekerasan dengan standart yang digunakan untuk menguji kekerasan logam yaitu :
1. Pengujian Brinell.
2. Pengujian Rocwell.
3. Pengujian Vickers.
4. Dan lain lain.
Kekerasan sering dinyatakan
sebagai :
· Kemampuan untuk menahan tendensi dan
penetrasi.
· Ketahan bahan terhadap goresan.
· Ketahan suatu bahan untuk menahan
deformasi plastis.
2.1.1. Penguji kekerasan Brinell
Pengujian brinell dilakukan
pertama kali pada tahun 1900 oleh J. A Brinell, menyatakan bahwa uji kekerasan
dengan sisten penekanan menghasilkan lekukan. Pengujian Brinell adalah salah
satu cara pengujian kekerasan yang paling banyak digunakan. Pada Pengujian
Brinell mengunakan bola baja yang dikeraskan sebagi indentor. Indentor ini
ditusukan kepermukaan logam yang diuji dengan gaya tekan dan waktu tertentu
(antara 10 sampai 30 detik). Karena penekanan
(indentasi) itu maka pada logam tersebut akan mengakibatkan tapak tekan
yang berbentuk tembereng bola, dan kekerasan Brinell dapat dihitung dengan
rumus :
Dimana :
BHN = nilai kekerasan menurut brinell ( kg / mm )
P = gaya tekan ( kg).
D = diameter bola indentor (mm ).
d = diameter tapak tekan ( mm ).
Diameter bola baja yang
dipakai tergantung dari tebal bahan yang akan diuji kekerasannya.
1.
Tebal
> 6 mm dipakai diameter 10 mm.
2.
Tebal
3 – 6 mm dipakai diameter 5 mm.
3.
Tebal
< 3,5 mm dipakai diameter 2,5 mm.
Nilai kekerasan bahan yang
diuji supaya tidak terjadi indentasi yang terlalu dangkal atau terlalu dalam
maka digunakan gaya tekan dan indentor dengan diameter yang berbeda,
perbandingan D/P = konstan.
2.1.2. Pengujian kekerasan Rockwell
Pada pengujian Brinell,
pengukuran diameter tapak tekan secara manual, sehingga memberi peluang
terjadinya kesalahan pengukuran sangat besar dan memakan waktu. Pada cara
Rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan mesin langsung menunjuk
angka kekearasan dari bahan uji. Dengan kata lain pengujian Rockwell mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dari pada proses yang lain sehingga kemungkinan
kesalahan sangat kecil, disamping itu waktu yang dibutuhkan sangat singkat.
Pengujian Rockwell memerlukan
beberapa tahap yaitu :
1.
Permukaan
logam yang uji ditekan oleh indentor dengan gaya tekan 10 kg
2.
Beban
awal (minor load po) sehingga ujung indentor menembus permukaan
sedalam h.
3.
Penekanan
diteruskan dengan memberi beban utama (major load P) selama beberapa saat.
4.
Beban
utama dilepas menghasilkan kedalaman penetrasi ujung indentor adalah h1.
Keterangan :
0 – 0 Posisi sebelum indentor.
1 – 1 Penetrasi pada saat beban awal po.
2 – 2 Penetrasi pada saat beban penuh ( po
+ p).
3 – 3 Penetrasi setelah beban utama
dilepas ( po).
Kekerasan diperhitungkan
berdasarkan perbedaan kedalaman penetrasi karena yang diukur adalah kedalaman
penetrasi. Penetrasi adalah langkah gerakan indentor yang tembus kepermukaan
spesimen, maka pengukuran dilakukan dengan menggunakan dial indikator, dengan
sedikit modifikasi yaitu piringan penujukan skala kekerasan Rockwell.
Tabel :
beban dan indentor untuk uji kekerasan Rockwell
Uji
|
Beban (kg)
|
Indentor
|
A
B
C
D
E
F
|
60
100
150
100
60
150
|
Brale
1/ 16” ball
Brale
Brale
1/ 16” ball
1/ 16” ball
|
2.1.3 Pengujian Vickers
Prinsip dasar pengujian ini
sama dengan pengujian brinell, hanya saja disini digunakan indentor intan yang
berbentuk pyramid beralas bujur sangkar dengan sudut puncak 136o.
Sudut ini diambil karena nilai tersebut mendekati sebagaian besar nilai
perbandingan antara diameter tekan dan diameter bola penumbuk pada uji
kekerasan Brinell karena bentuk penumbuknya pyramid. Tapak tekannya berbentuk
bujur sangkar dan yang diukur adalah panjang kedua diagonalnya kemudian diambil
rata – ratanya.
Angka kekeraasan Vickers dapat
dihitung sebagai berikut :
dimana :
rasan ini tidak tergantung pada besarnya gaya tekan, dengan gaya tekan yang berbeda akan menghasilkan bentuk yang sama. Dengan demikian Vickers juga dapat mengukur kekerasan bahan mulai dari bahan yang sangat lunak (5 HV) sampai yang amat keras (1500 HV) tanpa perlu menganti gaya tekan. Besar gaya tekan dipilih antara 1 sampai dengan 120 kg tergantung pada kekerasan bahan yang diuji agar diperoleh tapak tekan yang mudah diukur dan tidak ada anvil effect (pada benda yang tipis).
2.1.4 Pengujian kekerasan Meyer
Metode meyer mengukur
kekerasan dengan cara yang hampir sama dengan Brinell mengunakan indentor bola,
hanya saja kekerasannya tidak dihitung dengan luas permukaan tapak tekan,
tetapi dihitung dengan luas regresi tapak tekan.
dimana :
Pm =
kekerasan meyer (kg/ mm2).
P = gaya tekan (kg).
d = diameter tapak tekan (mm).
Dengan metode ini hasil
pengkuran tidak lagi terpengaruh oleh besarnya gaya tekan untuk menekan
indentor. Hasil akan sama walaupun pengukuran dilakukan dengan gaya tekan yang
berbeda tetapi demikian metode meyer ini tidak banyak digunakan dalam pengujian
kekerasan suatu spesimen.
2.1.5 Konversi angka kekerasan
Untuk suatu keperluan praktis
kadang – kadang perlu mengadakan konversi atas hasil pengukuran kekerasan.
Ternyata hal ini tidak mudah karena ada perbedaan pada prinsip kerja dari
masing – masing cara pengukuran kekerasan karena hubungan ini hanya sekedar
hubungan empirik dan konversi untuk satu jenis logam tertentu. Kekerasan
Brinell hampir sama dengan angka kekerasan Vickers (Vickers sedikit lebih
tinggi 5 – 10 %), sedangkan terhadap Rockwell kira – kira 10 – 13 kali lebih
besar.
BAB III
Prosedur Percobaan
3.1.Alat dan Bahan
3. 1. 1. Alat
- Jangka sorong.
- Stop watch.
- Alat pencatat waktu.
- Furnace.
- Alat ukur kekerasan.
- Brinell hardness tester.
- Vickers hardness tester.
- Rockwell hardness tester.
- Media pendingin oly
Gambar benda uji dan ukurannya
3.1.2.Bahan
- Baja ST 42 sebelum heat treatment.
- Baja ST 42 sesudah heat tretmeant.
- Kertas gosok.
3. 2 Prosedur pelaksanaan
a. Sebelum perlakuan spesimen
a. Sebelum perlakuan spesimen
- Membersihkan spesimen dari kotoran atau karat.
- Membuat tanda pengukuran pada spesimen seperti pada gambar lembar kerja.
- Mengukur kekerasan spesimen menggunakan Brinnell Hardness Tester dan Rockwell Hardness Tester atau Vickers Hardness Tester pada titik-titik tanda pengukuran.
- Catat data hasil setiap pengukuran pada lembar kerja yang tersedia.
b. Proses perlakuan spesimen
- Bersihkan spesimen ujidari kotoran dan minyak.
- Tentukan tipe heat treatment yang akan dilakukan :
> Proses Hardening.
> Proses Tempering.
> Annealing.
> Normalising.
3. Masukkan spesimen ke dapur listrik (Furnance)
3. Masukkan spesimen ke dapur listrik (Furnance)
4.Tentukan setting temperatur pemanasan dan holding time yang telah
ditentukan pada dapur listrik.
5.Lakukan pemanasan spesimen sampai mencapai temperatur dan holding time yang telah ditentukan.
6. Keluarkan spesimen dari dapur listrik dan lakukan pendinginan dengan
media pendingin yang telah ditentukan.
c.
Setelah
perlakuan Spesimen
- Bersihkan spesimen dari kotoran atau karat.
- Buat tanda pengukuran pada spesimen seperti pada gambar lembar kerja.
- Ukur kekerasan spesimen menggunakan Brinnell Hardness Tester dan Rockwell Hardness Tester atau Vickers Hardness Tester pada titik-titik tanda pengukuran.
- Catat data hasil setiap pengukuran pada lembar kerja yang tersedia.
d. Test kekerasan dengan 3 alat ukur :
v Test kekerasan dengan alat uji Brinell.
-
Memilih
beban 3000 kg dan indentor yang digunakan bola baja yang dikeraskan berdiameter
5 mm.
-
Meletakkan
spesiment ditumpuan V.
-
Memompa
penekan hidrolik hingga beban 3000 kg.
-
Menungu
penekanan sampai 15 detik.
-
Katub
dibuka untuk melepas beban pada spesimen.
-
Indentasi
diukur yang berbentuk oval dengan jangka sorong.
-
Proses
pengujian spesimen sebanyak lima kali.
v Test kekerasan dengan alat uji Vickers.
-
Memilih
beban 50 kg dan indentor yang digunakan intan berbentuk pyramid.
-
Meletakkan
spesiment ditumpuan V.
-
Memberikan
gaya tekan pada spesimen dengan waktu 15 detik.
-
Melepas
beban pada spesimen.
-
Indentasi
berbentuk bujur sangkar dan mengukur panjang kedua diagonal.
-
Proses
pengujian spesimen sebanyak lima kali.
v Test kekerasan dengan alat uji Rockwell.
-
Memilih
beban 150 kg dan indentor yang digunakan bola baja.
-
Meletakkan
spesimen ditumpuan V.
-
Mengukur
jarak antara spesimen dan indentor dengan melihat jarum penujuk berwarna merah
berukuran kecil menujuk angka nol (ditengah), kemudian menepatkan jarum panjang
keposisi nol pada skala kekerasan Rockwell.
-
Memberikan
gaya tekan pada spesiment dengan memutar tuas searah jarum jam selama 15 detik.
-
Melepas
beban dengan memutar berlawanan arah jarum jam.
-
Proses
pengujian pada spesimen sebanyak lima kali
e.
Mencatat
hasil pengukuraan dalam lembar data.
f. Melakukan proses heat treatment dalam furnance dengan heating pada temperatur 800 oC, holding selama 25 menit dan medi pendingin oly.
g. Test lagi kekerasan dengan 3 alat ukur
dengan yang sama seperti poin d diatas.
h. Mencatat hasil pengukuran dalam lembar
data.